Profil Desa Sempol
Ketahui informasi secara rinci Desa Sempol mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Sempol, Sukoharjo, Wonosobo. Jelajahi desa agraris subur di lereng selatan Wonosobo, yang dikenal sebagai pusat pertanian terpadu meliputi padi, palawija, dan menjadi salah satu sentra utama perkebunan Salak Pondoh berkualitas.
-
Pusat Agrikultur Terpadu
Merupakan desa dengan sistem pertanian terpadu yang lengkap, mencakup persawahan irigasi, tegalan (palawija), dan perkebunan rakyat, yang mencerminkan kekayaan agronomis wilayah selatan Wonosobo.
-
Sentra Unggulan Salak Pondoh
Dikenal luas sebagai salah satu kawasan utama pengembangan dan produksi budidaya Salak Pondoh berkualitas di Kabupaten Wonosobo, yang menjadi komoditas unggulan bernilai ekonomi tinggi.
-
Komunitas Guyub dan Tradisional
Memiliki tatanan masyarakat yang guyub (komunal dan rukun), di mana tradisi gotong royong, kesederhanaan, dan nilai-nilai kehidupan agraris yang tenang masih sangat kental dan terjaga.
Menampilkan wajah Wonosobo yang berbeda dari pesona dingin Dataran Tinggi Dieng, Desa Sempol di Kecamatan Sukoharjo terhampar di perbukitan selatan yang hangat dan subur. Desa ini merupakan representasi sejati dari kekayaan agraris tropis, sebuah lanskap di mana hijaunya padi di lembah berpadu dengan rimbunnya kebun Salak Pondoh di perbukitan. Desa Sempol adalah denyut nadi kehidupan agraris yang tenang namun produktif, membuktikan bahwa potensi Kabupaten Wonosobo tidak hanya berada di puncak-puncak gunungnya, tetapi juga tersebar di lereng-lereng selatannya yang rodhiallah.
Geografi dan Potensi Lereng Selatan
Berbeda secara signifikan dari wilayah utara Wonosobo, Desa Sempol berada di zona agroklimat dengan ketinggian menengah, rata-rata sekitar 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Iklimnya yang lebih hangat dan curah hujan yang teratur menciptakan lingkungan yang ideal untuk tumbuhnya beragam jenis tanaman yang tidak dapat dibudidayakan di dataran tinggi. Topografi wilayahnya didominasi oleh perbukitan landai hingga sedang, dengan lembah-lembah yang dialiri oleh sungai-sungai kecil.Berdasarkan data administrasi yang biasa dipublikasikan melalui website desa dan data BPS per tanggal 17 September 2025, luas wilayah Desa Sempol adalah 3,12 kilometer persegi (km²). Secara administratif, desa ini berbatasan dengan desa-desa tetangga di dalam lingkup Kecamatan Sukoharjo. Di sebelah utara, berbatasan dengan Desa Sukoharjo. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Pucungwetan. Sementara di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gumiwang, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tlogo. Struktur geografi ini memungkinkan pengembangan sistem pertanian terpadu yang menjadi ciri khas utama desa ini.
Demografi dan Tatanan Sosial Masyarakat
Menurut data kependudukan terbaru, jumlah penduduk Desa Sempol tercatat sebanyak 4.950 jiwa. Dengan luas wilayah 3,12 km², maka tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.587 jiwa per km². Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian dalam arti luas, mulai dari petani pemilik lahan, petani penggarap, hingga buruh tani.Masyarakat Desa Sempol dikenal memiliki tatanan sosial yang masih sangat kental dengan nilai-nilai tradisional Jawa. Semangat guyub (kerukunan dan kebersamaan) dan gotong royong menjadi fondasi utama dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai kegiatan, mulai dari membersihkan saluran irigasi, memperbaiki jalan desa, hingga membantu tetangga yang sedang memiliki hajatan, dilakukan secara komunal. Kehidupan berjalan dalam ritme yang lebih tenang, di mana interaksi tatap muka dan nilai-nilai kesopanan masih dijunjung tinggi. Lembaga seperti kelompok tani dan pengajian rutin menjadi sarana penting untuk mempererat silaturahmi antarwarga.
Tiga Pilar Pertanian Desa Sempol
Kekuatan ekonomi Desa Sempol ditopang oleh tiga pilar utama sistem pertanian yang saling melengkapi, memanfaatkan setiap jengkal tanah sesuai dengan karakteristiknya.Pertama, Pertanian Lahan Basah (Sawah). Di area lembah dan dataran yang lebih rendah, terhampar sawah-sawah irigasi yang menjadi lumbung padi bagi desa. Sistem irigasi yang terkelola dengan baik memungkinkan petani untuk menanam padi setidaknya dua kali dalam setahun, guna memenuhi kebutuhan pangan pokok masyarakat.Kedua, Pertanian Lahan Kering (Tegalan). Di lahan perbukitan atau area yang tidak terjangkau irigasi teknis, masyarakat menanam aneka tanaman palawija. Komoditas seperti singkong, jagung, dan kacang-kacangan menjadi andalan di lahan tegalan ini. Palawija berfungsi sebagai sumber pangan alternatif sekaligus memberikan pendapatan tambahan bagi para petani.Ketiga, Perkebunan Rakyat. Ini merupakan pilar yang menjadi ciri khas dan unggulan Desa Sempol. Lahan-lahan perbukitan didominasi oleh perkebunan rakyat, dengan komoditas utama yang paling menonjol yaitu Salak Pondoh.
Salak Pondoh: Ikon Manis dari Sempol
Desa Sempol merupakan salah satu sentra utama penghasil Salak Pondoh di Kabupaten Wonosobo. Perkebunan salak rakyat terhampar luas, menjadi pemandangan yang mendominasi kontur perbukitan desa. Salak dari wilayah ini dikenal memiliki kualitas yang baik, dengan rasa manis yang khas, daging buah yang tebal, dan renyah. Budidaya salak menjadi motor penggerak ekonomi yang sangat signifikan bagi masyarakat desa.Berbeda dengan padi yang hasilnya musiman, salak dapat dipanen hampir sepanjang tahun, memberikan aliran pendapatan yang lebih kontinu bagi para petani. "Padi untuk makan, tapi salak ini untuk sekolah anak-anak. Kebun salak adalah tabungan kami," ungkap seorang petani salak di desa tersebut. Pernyataan ini merangkum betapa vitalnya peran komoditas ini dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hasil panen salak dari Desa Sempol tidak hanya memenuhi pasar lokal, tetapi juga dikirim ke berbagai kota besar di Jawa Tengah dan sekitarnya.
Geliat Ekonomi Lokal dan UMKM
Selain produksi bahan mentah, di Desa Sempol juga mulai tumbuh geliat ekonomi berbasis pengolahan hasil pertanian, meskipun dalam skala kecil. Beberapa warga telah merintis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan mengolah singkong menjadi aneka keripik dan makanan ringan lainnya. Potensi untuk mengembangkan produk turunan dari salak, seperti manisan, dodol, atau keripik salak, juga sangat terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) atau kelompok wanita tani (KWT). Pasar desa yang ada juga menjadi pusat perputaran ekonomi lokal, tempat para petani menjual sebagian kecil hasil panennya secara langsung kepada konsumen.
Penutup: Potret Kesejahteraan dari Tanah Selatan
Desa Sempol, Kecamatan Sukoharjo, adalah bukti nyata bahwa kekayaan agraris Wonosobo sangatlah beragam. Desa ini menampilkan potret kesejahteraan yang lahir dari tanah subur di lereng selatan, melalui perpaduan harmonis antara padi, palawija, dan salak. Ke depan, tantangan utama adalah meningkatkan nilai tambah produk pertanian melalui pengolahan, memperluas akses pasar, serta melakukan regenerasi petani untuk memastikan keberlanjutan sektor yang menjadi jiwa desa ini. Desa Sempol akan terus menjadi saksi bahwa dari ketenangan dan kesederhanaan hidup di desa, dapat tumbuh kemakmuran yang manis, semanis buah salak yang menjadi kebanggaannya.
